Semua Bisa Berpuisi!
Sejarah BungaMatahari: 2000 – 2012
2000
Tanggal 19 April 2000, terdorong oleh keinginan untuk belajar menulis puisi dalam bahasa Indonesia, Gratiagusti Chananya Rompas membentuk milis BungaMatahari (BuMa)* di Yahoo! Groups.
Anggota sekaligus moderator, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan TukangKebun, pertama milis ini adalah Danar Pramesti.
Setelah itu, secara perlahan namun pasti, anggota-anggota lain
bermunculan. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk BuMa (sebutan
bagi anggota BuMa), sejumlah TukangKebun lain pun diangkat. Secara
berturut-turut mereka adalah Nurman Priatna, Pugar Restu Julian, Aloysius Widyosuwasto, Lovelli Ariesti, Yoshi Febriyanto dan Festi Noverini.
*baca cara bergabung di sini
2001
Salah satu permasalahan yang dihadapi BuMa di awal keberadaannya adalah kiriman puisi
berbahasa Inggris. Pada kenyataannya memang banyak penduduk BuMa yang
juga menulis dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, sempat terjadi
perdebatan seputar pengiriman puisi yang menggunakan bahasa tersebut.
Akhirnya, tanggal 30 Desember 2001, dibentuklah milis baru yang khusus
menampung puisi-puisi berbahasa Inggris yang ditulis oleh
penulis-penulis Indonesia. Milis tersebut diberi nama TheToilet.
Perdebatan selanjutnya berkisar pada genre
karya yang dapat dikirim ke BuMa. Keputusannya, walaupun BuMa tetap
mengutamakan diri pada puisi berbahasa Indonesia, penduduk BuMa yang
ingin berbagi cerita pendek atau naskah drama dapat meletakkannya di
folder “Files” yang memang disediakan oleh Yahoo! Tetapi, sejauh ini,
hanya cerita pendek yang dapat ditemukan dalam folder tersebut.
2002
Pada perayaan ulangtahun BuMa yang kedua
terbentuk kesepakatan bahwa BuMa akan mengadakan kopi darat resmi
merangkap acara pembacaan puisi rutin. Maka, pada pertengahan 2002,
diadakanlah KebunKata di Gedung 28, Kemang, Jakarta Selatan. KebunKata I
berlangsung meriah dan diramaikan oleh 40an anggota maupun non-anggota.
Sayangnya, hal yang sama tidak terjadi pada KebunKata selanjutnya
sehingga KebunKata IV di Gedung IV, FIB UI pada akhir tahun 2002 menjadi
kopi darat BuMa yang terakhir.
2003
Pada bulan-bulan pertama BuMa, keinginan
menerbitkan antologi sendiri sudah menjadi isu santer. Tetapi, karena
satu dan lain hal, rencana tersebut terpaksa ditunda sampai waktu yang
tidak ditentukan. Tak disangka-sangka, sekitar akhir September 2003,
seorang penduduk baru bernama Yosevlin Indrawati, membangunkan rencana
tersebut dari hibernasinya. Pada tanggal 2 Oktober 2003, berkumpullah
sejumlah penduduk BuMa di ak.sa.ra Café, Kemang, Jakarta Selatan untuk
membahas persiapan antologi tersebut. Pada saat itu juga tim panitia
dibentuk dan diputuskan bahwa proses seleksi akan dimulai minggu
berikutnya. Sejak itu, seleksi dan rapat panitia dilakasanakan intens
seminggu sekali. Jumlah panitia pun bertambah sampai akhirnya mencapai
18 orang. Antologi ini direncanakan akan diluncurkan pada 19 April 2004,
tepat pada ulangtahun BuMa yang ke-4.
Pada tanggal 7 Oktober 2003, BuMa mendapat
saudara baru, yaitu milis bernama kwaci yang dibentuk oleh Lovelli
Ariesti. Milis ini mengkhususkan diri pada cerita pendek, baik berbahasa
Indonesia maupun Inggris.
2004
Satu peristiwa dapat memicu terjadinya
peristiwa-peristiwa lain. Sejalan dengan persiapan antologi, KebunKata
pun dihidupkan kembali. 30 Januari 2004, BuMa menggelar lagi KebunKata
di Kafe Buku, Depok. Selanjutnya, 28 Februari 2004, KebunKata diadakan
di Lokananta Terrace Resto. Sedangkan pada 26 Maret 2004, untuk pertama
kalinya BuMa mencoba mempertunangkan puisi dan musik lewat KebunKata
AKUSTIKA di Warung Apresiasi.
2005
BuMa terus mengadakan kerjasama dengan
komunitas atau lembaga yang bergerak di dalam bidang literasi maupun
non-literasi untuk mengadakan kegiatan berpuisi.
Salah satu KebunKata diadakan di Ruang Rupa
dan BuMa juga diundang untuk membaca puisi di berbagai acara,
seperti Bursa Buku Murah yang diselenggarakan Elex Media Komputindo di
Bentara Budaya (1 Februari 2005), tribut untuk Chairil Anwar “Aku,
Chairil dan aku” di Galeri Nadi (28 April 2005), Selasar Bumi Walhi, dan
peringatan Hari Sampah.
2006
Setelah perjuangan dan drama yang panjang,
BuMa akhirnya berhasil meluncurkan antologi puisi pertamanya, “Antologi
BungaMatahari”, pada 25 Januari 2006 di toko buku Aksara Kemang. Buku
kumpulan puisi ini diterbitkan oleh Avatar Press, perusahaan penerbitan
muda yang sangat mendukung semangat BuMa meningkatkan gairah berpuisi
dalam bahasa Indonesia. Budayawan Seno Gumira Ajidarma menulis kata
pengantar untuk buku ini, mendampingi 182 puisi dari 92 penulis yang
semuanya pernah tampil di milis BuMa.
Terbitnya “Antologi BungaMatahari”
mendapat sambutan yang luar biasa dan tahun ini menjadi tahun yang amat
sibuk buat BuMa. KebunKata diadakan di sejumlah tempat, seperti Tornado
Coffee, Zoe Cafe, MP Book Point dan BuMa juga sempat bertandang kembali
ke Ruang Rupa.
Untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-6,
BuMa mengadakan acara istimewa yang diberi nama BANDUNG LAUTAN KATA.
Selama di Bandung, BuMa ngamen puisi di sepanjang Dago, menggelar
diskusi tentang “Antologi BungaMatahari di toko buku QB dan tentunya ada
KebunKata juga, yang diadakan di Potluck Coffeebar & Library.
Selain itu, teman-teman yang di Jakarta pun mengadakan perayaan ulang
tahun BuMa di Omah Sendok. Benar-benar pesta kata-kata yang meriah!
BuMa juga banyak mendapat kesempatan untuk
berpartisipasi dalam acara-acara yang melibatkan komunitas atau lembaga
lain, seperti pameran yang diselenggarakan dalam rangka Hari Buku
Sedunia (World Book Day), ulang tahun UNICEF serta menyelenggarakan
diskusi & pertunjukan puisi dengan judul “Komunitas Puisi Maya: Bisa
Apa?!” di Teater Utan Kayu. BuMa juga mengadakan acara khusus bersama
Sitor Situmorang di library@senayan. Yang juga menarik adalah BuMa
diminta menjadi kontributor puisi untuk majalah Outmagz April – Mei
2006.
Di akhir tahun, BuMa ternyata masih punya
tenaga untuk menggelar sebuah acara yang cukup ambisius yang diberi nama
RumahKata. Ambisius, karena di acara ini ada pameran komik dan cerpen
beserta ilustrasinya, pemutaran film, pertunjukan musik dan tentunya
pembacaan puisi. RumahKata diadakan di West Pacific bekerjasama dengan
Milis Kwaci, Konfiden serta Amenk dan Keke.
2007
KebunKata tahun ini tidak terlalu banyak,
tapi sempat diadakan di Bandung (atas inisiatif penduduk BuMa di sana)
dan Jakarta. Yang sangat melekat di ingatan adalah KebunKata di tahun
ini sangat musikal karena juga menjadi showcase mini bagi teman-teman
dari White Shoes and The Couples Company dan Efek Rumah Kaca.
Sebuah kerjasama yang sangat istimewa dan menggairahkan terjalin dengan CCF (sekarang IFI)
untuk memeriahkan Printemps des Poetes atau Bulan Puisi. Acara dengan
judul “Banjir Puisi di Stasiun” diadakan di Stasiun Gambir dan berjalan
sangat meriah. Tak hanya undangan atau teman-teman yang memang berniat
hadir ke acara ini yang berpartisipasi. Penumpang yang sedang menunggu
atau baru turun dari kereta ikut menikmati pertunjukan puisi ini.
Seorang porter pun mendapat inspirasi untuk menulis puisi di tempat lalu
membacakannya saat itu juga.
Di tahun ini juga, BuMa diminta mengisi
program Poetry Attack yang disiarkan di radio Prambors. Beberapa anggota
BuMa sempat mendapatkan giliran untuk membacakan puisinya dengan latar
belakang lagu yang dekat dengan anak muda.
2008
Salah satu KebunKata yang menarik tahun
ini adalah KebunKata (Rumah) Masa Depan yang diadakan di San Diego
Hills, Kerawang. Berangkat dan pulang dengan bis charteran, peserta
seharian piknik piknik dalam arti sebenarnya (makan-makan, berenang,
nyanyi sambil main gitar) dan piknik puisi. Puisi ternyata tetap hidup
dinikmati di mana saja, bahkan di area pemakaman sekalipun.
KebunKata Kebun yang diadakan di Kedai
Kebun, Yogyakarta adalah perayaan ulangtahun BuMa yang diprakarsai oleh
teman-teman di sana. Pembacaan puisi berlangsung santai dan meriah, dan
dihadiri oleh Saut Situmorang.
BuMa kembali mengisi kegiatan Bulan Puisi
bersama CCF. Kali ini, acara bertema “Eulogi untuk seseorang” digelar di
blitz megaplex Grand Indonesia. Pembacaan puisi kali ini berbeda dengan
yang pernah dilakukan BuMa karena lebih mirip dengan konsep flash mob.
Pada waktu yang sudah ditentukan, ‘gerombolan’ BuMa yang memakai topi
dan topeng a la Perancis keluar dari sebuah ruangan rahasia dan
ramai-ramai membacakan puisi di antara pengunjung bioskop, diiringi
tabuhan jembe Otak and Chair.
Poster puisi juga dipasang hampir tersembunyi di beberapa area bioskop,
seperti di bilik-bilik toilet dan banner bergerak yang menayangkan
poster-poster film, untuk menunjukkan bahwa puisi bisa dengan manis
terselip dan menjadi kejutan menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Atas undangan Debra Yatim dan Diatra
Zulaika, BuMa meramaikan acara Bulan Bahasa di SMU Al-Izhar Pondok Labu,
14 November 2008. Bersama penyair tamu Martin Jankowski, BuMa mengajak
siswa-siswi di sana bermain-main dengan puisi.
Di penghujung tahun, BuMa menerima tawaran
dari Change, sebuah bagian dari Jurnal Perempuan, untuk memberikan
workshop puisi (4x dalam sebulan) bagi sejumlah pelajar beberapa sekolah
menengah di Jakarta. Hasilnya sangat menggembirakan sehingga hampir
mengharukan. Sebagian karya peserta workshop dapat dilihat di sini.
2009
Untuk Bulan Puisi bersama CCF tahun ini,
BuMa mengadakan lomba puisi bertema “Mari Tertawa” untuk anak-anak SD.
Pemenang lomba diundang untuk membacakan puisinya dan sekaligus
ditampilkan dalam bentuk pantomim oleh Philippe Bizot. Puisi-puisi yang dihasilkan dari acara ini sangat menggembirakan dan berhasil menarik perhatian banyak orang.
Salah satunya, “Ibu dan Facebook” karya Serafina, bahkan menjadi viral
di jaringan media sosial. Semua memang bisa berpuisi, termasuk
anak-anak.
Tahun ini, BuMa kembali diminta mengisi program radio: Drive n Jive’s Book Club, obrolan santai dan menyenangkan tentang sastra, yang dipandu oleh Iwet dan Rahmah.
2010 - 2011
Kadang-kadang bunga matahari juga ingin sembunyi dari cahaya.
2012
Sebuah perdebatan mengenai puisi di
Twitter membukakan mata BuMa bahwa era media sosial di mana informasi
dapat didapat dengan cepat dan mudah ternyata tak menjamin pandangan
orang-orang yang bahkan mengaku senang berpuisi berkembang luas. BuMa
kemudian memutuskan untuk kembali lagi aktif menyelenggarakan
acara-acara puisi. Selain men#eksperimenmembaca, BuMa memperkenalkan apa yang mereka sebut Festival Tanpa Nama.ggelar kembali KebunKata di Tornado Coffee
dan The Goods Dept (bekerjasama dengan Komunitas IPhonesia), lewat
Festival BungaMatahari dan gerakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar